Selasa, 29 November 2016

Burlington Cemetery

Burlington adalah kota yang indah dan asri,  di kota itu terdapat bukit2an indah, dan suasana pedesaan yang masih kental, juga dengan para penduduknya yang  cukup bersahaja khas masyarakat pedesaan AS. Terletak 20 mil (32 km) barat dari Hartford. Didirikan pada tahun 1806, populasi adalah 8,190 pada pada tahun 2000.
Sebuah kota yang akan membuat siapa saja yang mencintai suasana pedesaan akan betah dan kerasan disana. Namun dibalik semua keindahan alam, terdapat sebuah tempat yang cukup populer disana, Seventh Day Baptist Cemetery. Mengapa bisa begitu populer? Pasti anda bertanya2, pasti yang anda bayangkan adalah pemakaman tua yang dipenuhi ratusan nisan nan angker. Hmmzz,



Sekilas mari kita bahas sedikit tentang Seventh Day Baptist Cemetary, Sebenarnya Seventh Day Baptist Cemetery, adalah sebuah makam private, atau makam khusus bagi  Sabbatarian(Sebuah Sekte Keagamaan) bukan areal pemakaman yang luas seperti pada film2 horor Hollywood, dan terakhir kali ada Sabbatarians yang dimakamkan disana pada tahun 1881, jadi pemakaman ini sudah tidak digunakan lagi sejak saat itu oleh para  Sabbatarians. Sabbatarians adalah sebutan bagi penganut sebuah sekte keagamaan yang berasal dari Rhode Island, yakni Seventh Day Baptist kemudian beberapa Sabbatarians di Burlington membeli sebidang tanah disana. Pada tahun 1780 John Davis, seorang Sabbatarian di makamkan di areal tanah tersebut dan pada tahun 1796 secara resmi dinamakan dengan pemakaman Seventh Day Baptis Cemetery atau pemakaman khusus bagi Sabbatarians.
Selama tahun 1800 sampai dengan 1820, terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian pada para Sabbatarians, kecelakaan seperti jatuh dari tangga ketika memperbaiki rumah, ada juga yang terkubur ketika menggali sumur, bahkan jatuh dari atas pohon ketika di hutan, yang menyebabkan kesemuanya meninggal karena kecelakaan tersebut. Namun yang paling terkenal dari para Sabbatarians tersebut adalah Elisabeth Palmitery, atau lebih dikenal dengan Green Lady.
Elisabeth Palmiter adalah seorang Sabbatarians yang menetap bersama komunitas tersebut di Burlington, sekitar abad ke 19, Elisabeth mempunyai seorang suami yang sangat ia cintai yang bernama Benjamin, cerita ini dimulai ketika pada bulan April 1800, Benjamin akan menuju ke kota untuk membeli bekal dan perlengkapan. Namun ketika di kota, Benjamin terjebak dalam badai salju yang dingin.
Elisabeth yang khawatir menunggu di rumah, akhirnya memutuskan untuk menyusul Benjamin ke kota, melalui rawa-rawa, karena ia sangat mengkhawatirkan keadaan suaminya (so sweaat), hehehe. Perasaan cinta memang kadang mengalahkan apapun, tak peduli badai salju sekalipun Elisabeth Palmiter berusaha untuk menemui suami tercintanya ke kota. Namun ketika di tengah perjalanan, Elisabeth terjatuh ke sebuah rawa yang cukup dalam, dan kebetulan Elisabeth tak bisa berenang. Dalam keadaan panik Elisabeth meronta-ronta meminta tolong kepada sekelilingnya, namun naas, tak ada seorang pun yang melintas saat itu.

Sementara itu benjamin telah sampai dari kota, dan menemukan rumah dalam keadaan kosong. Benjamin yang khawatir mulai mencari kepelosok hutan dan rawa, mencari Elisabeth, setelah pencarian yang melelahkan, betapa terkejutnya Benjamin, ketika menemukan Istrinya yang sangat ia cintai telah mati membeku di sebuah Rawa dekat tempat tinggal mereka. Benjamin saat itu shock, ketika mendapati istrinya meninggal dengan keadaan yang mengenaskan mengenakan gaun berwarna hijau yang terakhir kali ia kenakan.
Akhirnya mayat Elisabeth di makamkan di Pemakaman Seventh Day Cemetary.
Selama bertahun-tahun, sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat burlington bahwa pemakaman tersebut angker. Beberapa saksi mengatakan melihat wanita dengan gaun berwarna hijau, ada pula yang melihat lentera yang menyala mengitari areal pemakaman tersebut, para penduduk lokal menganggap itu adalah arwah Benjamin yang sedang mencari-cari elisabeth.
Tapi itu kembali lagi kepada diri kita masing2, bagi orang yang tidak mempercayai hantu akan menganggap hal2 seperti itu adalah halusinasi. Kembali kepada diri anda masing2, namun bagi saya pribadi sebagai penulis, menganggap hal2 tersebut adalah hal biasa terjadi dan bukan perbuatan arwah Elisabeth dan Benjamin melainkan perbuatan2 makhluk dari dimensi paralel atau biasa disebut dengan setan/jin yang berusaha mengganggu manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar