Minggu, 19 Februari 2017

Prologue - Diery


Detik-detik waktu mungkin akan segera berakhir baginya. Perjalanan panjang dan melelahkan kini telah berakhir disebuah ranjang rumah sakit. Dia terbaring tak berdaya menunggu malaikat kematian datang menyapanya. Orang terakhir yang ia tunggu sejak sore tidak kunjung datang. Padahal, dia amat ingin menemuinya untuk yang terakhir kali sekedar ingin mengucapkan kata perpisahan terhadap cucu kesayangannya. Dan orang itu adalah aku.
Sebelum meninggal, dia menitipkan sebuah Diary berwarna hitam kepada ibuku. Buku itu sudah terlihat usang, warna sampulnya pun telah sedikit pudar dan kotor walaupun buku itu selalu diletakannya ditempat yang bersih.
Aku tidak menyangka sama sekali ia akan mewariskan buku tua itu. Padahal buku tersebut adalah catatan pribadinya yang berisi kisah perjalanan hidupnya. Akan tetapi ku tahu dia punya maksud tertentu ketika mewariskan buku Diarynya. Mungkin ia ingin aku membaca kisah perjalanan hidupnya dan menceritakannya kembali agar kisahnya akan selalu tetap hidup.      

Kisah-kisah ini yang akan kuceritakan kepada Kalian adalah kisah seseorang yang telah berlalu tertiup angin waktu, menyisakan serpihan-serpihan kecil kenangan yang masih samar aku ingat hingga kini. Mungkin dia tau waktunya berjalan dibawah cakrawala tidak akan lama, karena itulah ia menuliskan kisahnya diatas diary tersebut.
Diary itu, aku amat beruntung mewariskannya dari kakekku. Diary yang dikemudian hari akan menjadi sebuah peta untuk aku menyusuri perjalanan panjang yang akan menuntunku kepada petualangan-petualangan ganjil dan tak masuk akal yang pernah dialami kakekku semasa hidupnya.   
Petualangan tentang dunia yang selama ini tersembunyi, dunia dimana tersimpan berjuta misteri yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya. Dunia dibalik pekatnya kegelapan, terselubung didalam keremangan, dunia tempat kehidupan abadi, kehidupan makhluk-makhluk yang ditinggalkan oleh cahaya.
Aku memberanikan diri berbagi kisah ini bukan untuk menakuti, tapi untuk membagikan pengalaman yang pernah dialami oleh kakekku, juga untuk mengobati rasa kehilangan yang amat mendalam, rasa rindu akan ucapan-ucapan dan nasehatnya yang menggetarkan hati, rasa rindu akan sapaan hangatnya, rasa rindu akan sambutan saat anak cucu datang menjenguknya. Kisah  ini adalah ungkapan rasa kerinduan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar