Orang pintar dari
seluruh penjuru kampung kini telah berdatangan. Mbah anang, seorang sesepuh
kampung datang bersama kedua orang anak muridnya, Suryana dan Sairi. Suryana
dan Sairi adalah anak murid mbah anang yang selalu setia menemani kemanapun
orang tua itu pergi.
Sudah lima tahun mereka berdua menjadi
anak murid sekaligus anak buah mbah anang. Meskipun statusnya sebagai anak
buah, tidak jarang Suryana dan Sairi berselisih paham dengan Mbah anang karena
memang kelakuan orang tua itu sering membuat orang-orang yang masih waras
pikirannya seperti Suryana dan Sairi menjadi setengah gila dibuatnya.
Pernah suatu ketika Suryana dan Sairi
ditugaskan untuk membongkar sebuah makam keramat. Terang saja mereka berdua
menolak mentah-mentah. Tapi dengan
kecerdikannya, mbah anang berhasil membujuk mereka berdua dengan
menjanjikan sebuah keris sakti. Alhasil, bukan keris sakti yang mereka dapatkan
melainkan sebuah benjolan kecil dibelakang leher mereka berdua. Orang awam
menyebutnya kualat kuburan.
Meski kepalanya sedikit miring, Mbah anang adalah sosok kharismatik dan amat disegani oleh warga kampung, dia adalah seorang jawara di masanya. Matanya tajam, kumisnya terlihat putih kehitaman karena asap tembakau. Semua mata tertuju kepadanya ketika Mbah anang duduk bersedekap.
Pria sepuh itu tambun dan beruban. Dia
juga tidak pernah melewatkan rokok kaung di tangan kanannya, dan ketika dia
sedang bicara semuanya yang hadir menjadi hening.
Setelah beberapa saat kemudian,
keluarlah rangkaian kata-kata dari mulut mbah Anang. “Siluman itu sepertinya
ingin menyandera jamal.” Ujar Mbah anang. Kakekku yang saat itu terbilang masih
hijau hanya mengangguk mendengarkan setiap detail cerita yang disampaikan Mbah
anang. Seperti yang diceritakan mbah anang, raja jin itu berumur 912 Tahun, memakai
mahkota terbuat dari emas, tangan kanannya memegang tongkat kebesarannya yang
juga terbuat dari emas.
Sekujur tubuhnya berwarna hijau dan
mengenakan jubah berwarna merah. Perkasa, tapi sayang seribu sayang, kaki dan
tangannya berselaput dan wajahnya tidak segagah raja Arthur, tetap saja siluman
katak hijau itu imut seperti Hermit.
“Kalian yang
muda-muda dulu. Nanti kalo udah ga sanggup baru abah turun tangan.” Ucapnya
sambil meniupkan Asap putih dari mulutnya. Cincin batu akik berukuran besar
terlihat di tangan kanannya yang sedang menjepit lintingan rokok daun kaung.
Kata orang-orang dikampung, di dalam
cincin itu terdapat khodam atau jin pendamping Mbah anang yang berupa seekor
ular naga. Mengerikan sekali orang tua sepuh ini.
Suryana sempat berdebat dengan Mbah
anang terkait rencananya mengirimkan orang-orang yang masih hijau ke sarang
siluman katak. “abah maaf, kita-kita ini masih belum cukup ilmunya buat
ngelawan dedemit setingkat raja jin. Apa abah mau mencelakai kami semua?.” ucap
Suryana yang gelisah. Dia rupanya telah melakukan penerawangan ke batu besar
kemarin sore. “Jangankan saya melawan, melihat ukurannya saja sampai menahan
kencing saya”. Protes Suryana wajar, karena kemarin sore dia hampir sawan
dikarenakan Raja siluman itu menjulurkan lidahnya yang panjangnya bukan main.
Badannya menggigil hanya karena beberapa menit membuka mata batinnya.
Mbah anang hanya diam membatu dan
bersikeras tidak akan turun tangan jika keadaan belum mendesak. Suryana ingin
mengundurkan diri seandainya saja tidak melihat ibu Jamal bersujud sambil
menangis memohon.
Karena keadaan mulai mendesak, Suryana
yang umurnya hanya terpaut beberapa
tahun dengan kakekku memutuskan memulai operasi penyelamatan jiwa Jamal. Mereka
semua berunding kecuali mbah anang, lelaki tua keras kepala itu sepertinya
punya tabiat buruk yaitu tidak pernah mau mendengar pendapat orang lain.
“Bang Suryana,
apa kita sanggup menghadapi mereka” tanya kakekku
“Iya bang kita
ini masih belum punya pengalaman.” tambah jarkasih menanggapi pertanyaan
kakekku. “Pengalaman saya baru sebatas menghadapi gangguan tuyul dan genderuwo.
Belum pernah saya menghadapi raja jin kafir. Kita semua bisa mati atau gila
seperti Jamal.” Imbuhnya
“Saya melakukan
ini semua atas dasar kemanusiaan,
seandainya saya punya pilihan lain.” Suryana menjawab dengan perasaan bimbang.
Dihelanya nafas dalam-dalam membayangkan keangkeran singgasana siluman katak
itu.
“Jika hari ini
tidak dibebaskan, jiwa Jamal akan dikurung disana, dan dia bisa jadi orang gila
selamanya. Kasihan orang tua nya orang tidak punya, tidak tega saya melihat
mereka berdua.” Mereka semua diam tanda setuju dan bimbang, apa boleh buat
mereka tidak punya pilihan lain.
Meskipun terpaksa, persiapan pun
segera mereka lakukan walaupun seadanya. Beberapa dari mereka kemudian
mengambil segala peralatan yang dibutuhkan untuk operasi penyelamatan.
Setelah persiapan selesai dilakukan,
tim itu yang beranggotakan 6 orang yakni Suryana, kakekku, jarkasih, Sam, Boy,
dan Sairi dengan segera mereka semua sepakat untuk membebaskan Jamal dengan
segala resiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar